Seminar "It's okay not to be okay" psikolog ajak masyarakat peduli pada kesehatan mental

Gambar
PR Jabar - Kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental (mental health) semakin penting di tengah meningkatnya tuntutan hidup modern, tekanan pekerjaan, kebutuhan ekonomi serta pengaruh lingkungan dan interaksi sosial. Namun stigma negatif serta minimnya literasi menyangkut penanganan kesehatan mental masih menjadi hambatan utama bagi banyak orang. Menjawab tantangan tersebut, seminar bertema “It’s Okay Not to Be Okay” diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian peringatan Ulang Tahun ke-13 Rumah Sakit Izza, dengan dukungan Yayasan Astri Bakti Insani selaku mitra penyedia fasilitas. Kegiatan ini berlangsung di Auditorium Al Izza Preschool, Karawang, Jawa Barat, pada Sabtu (13/12). Seminar ini menghadirkan berbagai perspektif, mulai dari psikolog, psikiater, penyintas kesehatan mental, hingga caregiver dan perwakilan komunitas, sebagai ruang dialog yang terbuka, inklusif, dan penuh empati untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap isu kesehatan mental. Kegiatan ini bertuju...

Produk rumah tangga mengandung PFAS, studi ungkap risiko serius bagi bayi

PIKIRAN RAKYAT - Produk sehari-hari yang umum digunakan di rumah ternyata berpotensi mengandung bahan kimia berbahaya yang dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan serius. Sejumlah zat tersebut diketahui berisiko meningkatkan kemungkinan kanker tertentu, merusak hati dan sistem kekebalan tubuh, hingga memicu cacat lahir.

Dikutip dari laman New York Post, Jumat, sebuah studi terbaru menemukan bukti kuat bahwa paparan Per- and Polyfluoroalkyl Substances (PFAS) berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan pada bayi, termasuk berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, hingga kematian bayi.

PFAS Banyak Terdapat pada Produk Sehari-hari

PFAS merupakan kelompok bahan kimia sintetis yang banyak digunakan dalam berbagai produk rumah tangga, seperti peralatan masak antilengket, kemasan makanan, serta pakaian tahan air. Senyawa ini dikenal sulit terurai dan sering disebut sebagai “bahan kimia abadi” karena dapat bertahan lama di lingkungan.

Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menganalisis data perempuan di New Hampshire yang tanpa disadari mengonsumsi air sumur yang terkontaminasi PFAS. Air tersebut berasal dari sumur yang berada di hilir salah satu dari 41 lokasi yang teridentifikasi terpapar PFAS, lalu dibandingkan dengan perempuan yang tinggal di wilayah hulu sungai.

Risiko Kelahiran Prematur dan Kematian Bayi Meningkat

Dengan meneliti lebih dari 11.000 data kelahiran, para peneliti menemukan tingkat kelahiran prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah yang lebih tinggi pada kelompok yang terpapar PFAS. Bahkan, angka kematian bayi tercatat meningkat hingga tiga kali lipat.

Ibu yang mengonsumsi air terkontaminasi PFOA dan PFOS—dua jenis PFAS paling berbahaya, yakni asam perfluorooktanoat dan perfluorooktana sulfonat—memiliki risiko kematian bayi 191 persen lebih tinggi pada tahun pertama kehidupan dibandingkan dengan ibu yang tinggal di wilayah hulu.

Selain itu, risiko kelahiran prematur meningkat sekitar 20 persen, sementara angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah tercatat 43 persen lebih tinggi.

Peneliti Nilai Bukti Bersifat Kausal

Profesor riset madya ilmu alam lingkungan Universitas Duke, Kate Hoffman, menilai desain penelitian ini memberikan bukti yang sangat kuat.

“Para penulis menggunakan desain cerdas yang memberikan bukti yang sangat meyakinkan tentang efek kausal, bukan hanya korelasi,” ujar Hoffman kepada The Washington Post.

Dampak Jangka Panjang PFAS bagi Kesehatan Bayi

PFAS diketahui tidak hanya mencemari tanah dan air, tetapi juga udara. Karena sulit terurai, senyawa ini dapat bertahan di lingkungan dalam jangka waktu yang belum diketahui.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa paparan PFAS sebelum kelahiran dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh bayi. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko alergi serta gangguan autoimun di kemudian hari.

Bagi masyarakat yang khawatir terhadap keberadaan PFAS dalam air minum, para ahli menyarankan penggunaan filter air rumah tangga yang telah bersertifikasi dan dirawat secara rutin. Alternatif lain adalah mencari sumber air yang lebih aman guna mengurangi risiko paparan bahan kimia berbahaya tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Putusan Pengadilan Nomor 1707 K/PID.SUS/2016 tentang Kasus Farmasi YONGKY SALIM

Petani Suka Makmur Bentuk Koperasi Tani Jaya untuk Kemakmuran Bersama

Jadwal KM Kelud Jakarta-Medan, Berangkat 17 Oktober 2025