Seminar "It's okay not to be okay" psikolog ajak masyarakat peduli pada kesehatan mental

Gambar
PR Jabar - Kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental (mental health) semakin penting di tengah meningkatnya tuntutan hidup modern, tekanan pekerjaan, kebutuhan ekonomi serta pengaruh lingkungan dan interaksi sosial. Namun stigma negatif serta minimnya literasi menyangkut penanganan kesehatan mental masih menjadi hambatan utama bagi banyak orang. Menjawab tantangan tersebut, seminar bertema “It’s Okay Not to Be Okay” diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian peringatan Ulang Tahun ke-13 Rumah Sakit Izza, dengan dukungan Yayasan Astri Bakti Insani selaku mitra penyedia fasilitas. Kegiatan ini berlangsung di Auditorium Al Izza Preschool, Karawang, Jawa Barat, pada Sabtu (13/12). Seminar ini menghadirkan berbagai perspektif, mulai dari psikolog, psikiater, penyintas kesehatan mental, hingga caregiver dan perwakilan komunitas, sebagai ruang dialog yang terbuka, inklusif, dan penuh empati untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap isu kesehatan mental. Kegiatan ini bertuju...

Studi dampak banjir berkepanjangan: Layanan RS meningkat selama 7 bulan ke depan

Studi dampak banjir berkepanjangan: Layanan RS meningkat selama 7 bulan ke depan
Ringkasan Berita:
  • Banjir surut, tapi beban rumah sakit tetap melonjak hingga berbulan-bulan setelah bencana.
  • Studi internasional ungkap risiko kesehatan pasca banjir, 10 penyakit dominan jadi sorotan.
  • Suara tim medis dan warga Sumatera tunjukkan beban ganda layanan kesehatan di lapangan.

bundayuniblog.blogspot.com, JAKARTA – Banjir boleh surut, tapi beban rumah sakit tetap mengalir hingga berbulan-bulan.

Sebuah studi internasional berjudul “Hospitalization risks associated with floods in a multi-country study” menemukan bahwa peningkatan kasus di rumah sakit bisa berlangsung sampai 210 hari atau sekitar 7 bulan setelah banjir.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, menilai tingginya beban rumah sakit pasca bencana disebabkan keterbatasan sumber daya manusia, sarana prasarana, dan dukungan finansial.

“Rumah sakit tidak hanya menangani penyakit yang berhubungan dengan banjir, tetapi juga penyakit lain yang biasa terjadi di masyarakat sehari-hari. Jadi seperti beban ganda,” kata Prof Tjandra di Jakarta, Sabtu (14/12/2025).

Penyakit Dominan Pasca Banjir

Studi dan pengalaman lapangan menunjukkan 10 penyakit dominan pasca banjir:

  • Penyakit kardiovaskular
  • Penyakit paru dan pernapasan
  • Penyakit infeksi
  • Penyakit saluran cerna
  • Gangguan mental
  • Diabetes
  • Cedera
  • Kanker
  • Gangguan sistem saraf
  • Penyakit ginjal

Selain itu, faktor cuaca, tingkat keparahan banjir, kepadatan penduduk, pola umur korban, dan status sosial ekonomi turut memperberat beban layanan rumah sakit.

Dampak Banjir Sumatera

Data Kemenkes per 4 Desember 2025 mencatat:

  • Aceh: 13 rumah sakit dan 122 puskesmas terdampak banjir.
  • Sumatera Utara: 18 rumah sakit dan 25 puskesmas terdampak.
  • Sumatera Barat: 9 puskesmas terdampak.

Di Puskesmas Koto Alam, Agam, Sumatera Barat, suasana digambarkan mencekam: warga berlumuran lumpur datang dengan luka parah di kepala, dagu, bahkan patah tulang.

Ada pula korban meninggal yang dibawa ke lorong puskesmas.

Tenaga kesehatan TNI AL di kapal KRI juga melayani pengungsi banjir dengan keluhan diare, ISPA, leptospirosis, dan penyakit kulit.

Di lapangan, tenaga medis di RSUD Tamiang Aceh mengaku masih kewalahan. 

Tim medis RSUP Haji Adam Malik (Medan, Sumatera Utara) melaporkan keluhan warga yang dominan: diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), gangguan pencernaan, dan penyakit kulit.

Mereka juga membantu membersihkan RSUD Aceh Tamiang yang lumpurnya menimbun peralatan medis dan tempat tidur pasien.

Krisis SDM dan Logistik

Prof Tjandra menekankan pentingnya manajemen SDM dan logistik kesehatan di daerah bencana.

Tim manajemen krisis kesehatan di lapangan harus mengatur sumber daya yang tersedia dari berbagai pihak agar layanan tetap berjalan.

“Tentang ketersediaan tenaga kesehatan di daerah bencana. Pada dasarnya adalah manajemen SDM dan juga manajemen logistik kesehatan yang perlu diatur secara rapi. Tim manajemen krisis kesehatan di lapangan yang menangani pengaturannya di lokasi mengatur berbagai sumber daya yang pasti sudah ada di lapangan dari berbagai sumber,” tutur Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ini.

Beban RS Berlanjut

Banjir dan dampaknya pada layanan kesehatan menunjukkan bahwa pemulihan tidak berhenti saat air surut.

Beban rumah sakit bisa bertahan berbulan-bulan, menuntut kesiapan SDM, logistik, dan dukungan finansial yang berkelanjutan.

Suara tim medis dan warga di Sumatera menegaskan bahwa krisis kesehatan pasca banjir adalah kenyataan yang harus dihadapi bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Putusan Pengadilan Nomor 1707 K/PID.SUS/2016 tentang Kasus Farmasi YONGKY SALIM

Petani Suka Makmur Bentuk Koperasi Tani Jaya untuk Kemakmuran Bersama

Jadwal KM Kelud Jakarta-Medan, Berangkat 17 Oktober 2025